ulumulhadis.id – Ketika sedang membicarakan biografi seorang tokoh, maka hal yang paling utama untuk dikemukakan selain dari informasi data diri tokoh adalah tentang kehidupan dan kepribadian dari tokoh tersebut. Sebagaimana diketahui bersama, bahwa Imam Muslim merupakan seorang ulama terkenal dalam bidang hadis. Imam Muslim mempunyai nama lengkap Muslim bin al-Hajjaj bin Muslim bin Warad bin Kausyaz Abu al-Husain al-Qusyairi an-Naisaburi. (Muhammad bin Abdullah al-Hakim an-Naisaburi, Ma’rifah ‘Ulum al-Hadis, hlm. 78)
Latar Nasab Imam Muslim
Nama Imam Muslim dinisbahkan kepada al-Qusyairi, dalam hal ini ada dua pendapat yang berkembang yakni, pendapat pertama; menjelaskan bahwa nisbat tersebut bermuara pada bani Qusyair yang merupakan salah satu bani kabilah Arab baik dari dirinya atau nasabnya. Pendapat ini didukung oleh Ibnu Shalah (w. 1245), an-Nawawi (w. 1277), dan para sejarawan lainnya. (Yahya bin Syaraf an-Nawawi, Syarh an-Nawawi ‘ala Sahih Muslim, Jilid 1, hlm. 10), (Ibnu Salah, Shiyanah Sahih Muslim min al-Ikhlal wa al-Ghalat, hlm. 55)
Sementara pendapat kedua mengemukakan bahwa nisbah Qusyair itu tidak murni berasal dari nasab sendiri tetapi dinilai dari Mawla Qusyair atau dari Qusyair bin Ka’ab. Pendapat ini salah satunya diusung oleh adz-Dzahabi. Selain itu, nama Imam Muslim juga dikaitkan dengan an-Naisaburi, karena ia merupakan putra daerah dan menetap lama di Nishapur atau Naisabur, sebuah daerah di Provinsi Khurasan (Provinsi yang terletak di Timur laut negara Iran) yang terkenal dengan keindahan dan kemegahannya. Daerah tersebut dinamakan demikian karena Shabur Agung yang merupakan pemimpin Kekaisaran Sasaniyah pada saat itu memerintahkan pasukannya untuk membuka wilayah tersebut dan menjadikannya sebuah kota. Namun kemudian setelah datangnya Islam dan terjadinya ekspansi ke wilayah Iran, kota tersebut kemudian diambil alih oleh gubernur Basrah yang bernama Abdullah bin Amir bin Kuraiz di bawah ke khalifahan Utsman bin Affan pada tahun 31 H. (Syamsudin Muhammad bin Ahmad adz-Dzahabi, al-’Ibar fi Khabar man Ghabar, Jilid 1, hlm. 32)
Kota Nishapur sendiri dikenal sejarawan sebagai kota yang sangat gencar mencetak para ulama dalam bidang hadis dan riwayat, bahkan dalam hal ini adz-Dzahabi bahkan memberikan julukan untuk kota Nishapur sebagai Dar as-Sunnah wa al-’Awali, karena banyaknya tokoh ahli hadis, sanad, dan riwayat di sana. (Syamsuddin Muhammad bin Abdurrahman as-Sakhawi, al-I’lan bi at-Taubikh liman Dzamma Ahla at-Tawarikh, hlm. 666)
Adapun mengenai tanggal kelahiran beliau, para ulama Islam dan sejarawan banyak berbeda pendapat dalam hal ini. Akan tetapi mereka sepakat bahwa kisaran tahun kelahiran Imam Muslim di antara 201 H mengutip pendapat adz-Dzahabi, atau 202 H mengutip pendapat sejarawan orientalis Fuat Sezgin dan Carl Brokelman, atau 204 H mengutip pendapatnya Ibnu Katsir dan as-Suyuti. Atau 206 H mengutip pendapatnya al-Hakim.
Dalam hal ini, kita tidak bisa menentukan pastinya kapan Imam Muslim lahir karena tidak ditemukan catatan resmi yang menunjukkan usia beliau hingga beliau wafat, namun kita hanya bisa memastikan bahwa tahun kelahiran Imam Muslim lahir berkisar antara 200-206 H.
Adapun tahun wafatnya para ulama dan sejarawan sepakat bahwa Imam Muslim wafat pada tahun 261 H/875 M. Namun para ulama dan sejarawan tidak dapat memastikan usia beliau di saat wafat karena mereka tidak bisa memastikan tahun kelahiran beliau.
Sekilas Gambaran Tentang Imam Muslim
Imam Muslim dibesarkan oleh keluarga pedagang yang termasuk kaya raya. Menginjak usia remaja Imam Muslim selain belajar agama, beliau juga sudah mulai berbisnis pakaian hingga mengantarkan beliau menjadi pedagang yang sukses.
Secara fisik Imam Muslim digambarkan seorang yang berpenampilan rapi, berwajah tampan, berpakaian bagus, dan jika diistilahkan zaman sekarang termasuk kategori good looking.
Tidak heran Imam Muslim berpakaian bagus sebab beliau adalah pedagang pakaian yang kaya raya. Meski demikian, beliau termasuk orang yang sangat dermawan yang dengan kekayaannya beliau memanfaatkan sebagian besar kekayaannya untuk berderma serta membantu orang lain yang membutuhkan.
Beliau merupakan seorang ulama yang sangat dihormati dimanapun beliau tinggal. Bahkan para pembesar kerajaan pun sangat menghormati beliau.
Kehidupan Masa Kecil Imam Muslim
Berbeda dengan Imam al-Bukhari yang mempunyai banyak catatan mengenai masa kecilnya, justru sebaliknya dengan Imam Muslim tidak banyak informasi mengenai masa kecil beliau, bahkan mengenai informasi secara detail mengenai keluarga beliau juga tidak banyak ditemukan. Hanya saja diketahui semaca kecil, beliau sudah dididik di lingkungan keilmuan yang baik. Disebutkan bahwa ayah Imam Muslim, yakni al-Hajjaj bin Muslim merupakan seorang ulama di masanya. Di bawah asuhan sang ayah inilah Imam Muslim dikenalkan dengan al-Qur’an dan dengan itu beliau selalu menghabiskan waktunya di masa kecil untuk menghafal al-Qur’an. (Ibnu ‘Asakir, Tarikh Madinah Damasqy, Jilid 16, hlm. 470)
Baca Juga: Mengenal Kitab Sahih al-Bukhari: Kitab Hadis Tersahih Sepanjang Masa
Mulai Menulis Kitab Hadis
Dari usia beliau masih belia hingga dewasa mungkin terbilang time skip karena tidak banyak yang bisa diceritakan pada rentang waktu tersebut dikarenakan terbatasnya informasi mengenai masa kecil hingga beliau dewasa. Disebutkan bahwa Imam Muslim sudah mulai menulis kitab hadis Sahih Muslim pada tahun 235 H atau pada usia saat itu hampir menginjak 30 tahun.
Guru-Guru Imam Muslim
Sedari kecil hingga remaja Imam Muslim sudah dikenalkan dengan ilmu agama, bahkan pada rentang usia tersebut Imam Muslim sudah giat menekuni ilmu hadis. Sedari remaja beliau juga sudah melanglang buana ke berbagai wilayah seperti Mesir, Damaskus, Hijaz, Syam, Iraq, dan lain-lainnya.
Berbicara mengenai guru Imam Muslim tentu sangat banyak sekali jika melihat hadis-hadis yang beliau riwayatkan. Jika dilihat dari sanad perawi hadis yang beliau rujuk tentu nama-nama perawi yang beliau riwayatkan itu sudah pasti guru beliau. Menurut adz-Dzahabi beliau menuturkan bahwa guru Imam Muslim jumlahnya sekitar 220-an jika didata dari karya kitab hadisnya yakni Sahih Muslim. Hitungan itu pun belum termasuk guru-guru beliau yang tidak beliau cantumkan dalam kitabnya. Jika disebutkan semua guru-guru beliau dalam artikel ini, maka pasti akan sangat penuh.
Maka dari itu, dalam artikel ini barangkali hanya disebutkan beberapa guru beliau yang paling terkenal.
Guru-guru Imam Muslim dapat dikategorikan menjadi dua bagian.
Pertama, yakni guru-guru Imam Muslim yang beliau masukkan dalam kitab hadisnya.
1. Abu Bakar bin Abi Syaibah, belajar sekaligus meriwayatkan 1540 hadis.
2. Abu Khaitsamah Zuhair bin Harb, belajar sekaligus meriwayatkan 1281 hadis.
3. Muhammad bin Mutsanna yang dijuluki az-Zaman, belajar sekaligus meriwayatkan 772 hadis.
4. Qutaibah bin Sa’id, belajar sekaligus meriwayatkan 668 hadis.
5. Sufyan bin ‘Uyainah, belajar sekaligus meriwayatkan 2299 hadis.
5. Muhammad bin Abdullah bin Numair, belajar sekaligus meriwayatkan 573 hadis.
6. Abu Kuraib, belajar sekaligus meriwayatkan 556 hadis.
7. Muhammad bin Basyar, belajar sekaligus meriwayatkan 460 hadis.
8. Muhammad bin Raafi’, belajar sekaligus meriwayatkan 362 hadis.
9. ‘Ali bin Hajar as-Sa’di, belajar sekaligus meriwayatkan 188 hadis.
10. Muhammad bin Hatim yang dijuluki as-Samin, belajar sekaligus meriwayatkan 300 hadis.
Kedua, guru-guru beliau yang tidak masuk dalam kitab hadis namun mereka memiliki peran yang luar biasa dalam membangun intelektual beliau.
1. Imam al-Bukhari (guru di Naisabur)
2. Ahmad bin Hambal (guru di Iraq)
3. Ishaq bin Rahawaih (guru di Khurasan)
4. Amr bin Sawad (guru di Mesir)
5. Harmalah bin Yahya (guru di Mesir)
6. Muhammad bin Khalid (guru di Damaskus)
7. Yahya bin Yahya (guru di Khurasan)
8. Muhammad bin Mahran (guru di Ray)
9. Sa’id bin Mansur (guru di Hijaz)
10. Abdullah bin Maslamah (di Iraq)
Murid-Murid Imam Muslim
Banyak ulama besar yang pernah menjadi asuhan murid dari Imam Muslim dalam ilmu hadis. Sebagaimana diceritakan dalam kitab Tahdzib al-Tahdzib di antaranya yakni Abu Hatim ar-Razi, Abu al-Fadl Ahmad bin Salamah, Ibrahim bin Abi Thalib, Abu ‘Amr al-Khoffaf, Husain bin Muhammad al-Qabani, Abu ‘Amr Ahmad ibn al-Mubarak al-Mustamli, al-Hafidz Salih bin Muhammad,’Ali bin Hasan al-Hilali, Muhammad bin Wahab al-Fara’, ‘Ali ibn al-Husain al-Junaid, Ibnu Khuzaimah, Ibrahim bin Muhammad bin Sufyan al-Faqih, mereka adalah perawi utama dalam kitab Sahih Muslim, dan lain-lain. (Ibnu Hajar al-Asqalani, Tahdzib al-Tahdzib, juz 10, hlm. 126)
Kitab Karya Imam Muslim
Imam Muslim memiliki banyak karya yang cukup penting, namun yang paling utama adalah karyanya di bidang hadis, yakni Sahih Muslim karena kitab ini memiliki karakteristik tersendiri dibanding karyanya yang lain. Adapun karya-karyanya di antaranya yakni:
– al-Musnad as-Sahih al-Mukhtashar bi Naqli al-’Adl ‘an al- ‘Adl ilaa Rasulillah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam atau yang kita kenal sebagai Sahih Muslim. Kitab ini merupakan kitab paling monumental. Beliau mencurahkan seluruh daya dan fikirannya selama 15 tahun untuk menyelesaikan kitab ini.
– Thabaqat at-Tabi’in
– at-Tamyiz
– al-Asma’ wa al-Kuna
– al-Musnad al-Kabir ‘ala Asma ar-Rijal (belum dicetak)
– al-Jami’ al-Kabir ‘ala al-Abwab (belum dicetak)
– al-’Ilal (belum dicetak)
– Auhamul Muhadditsin (belum dicetak)
– Man Laisa Lahu Illa Rawin Wahidin (belum dicetak)
– al-Muhadramain (belum dicetak)
– al-Afrad (belum dicetak)
– al-Aqran (belum dicetak)
– Su’alaat Ahmad bin Hambal (belum dicetak)
– Hadis Amr bin Syu’aib (belum dicetak)
– al-Intifa’ bi Uhubis Siba’ (belum dicetak)
– Masyaikh Malik (belum dicetak)
– Masyaikh ats-Tsauri (belum dicetak)
– Masyaikh Syu’bah (belum dicetak)
– Aulad as-Sahabah (belum dicetak)
– Afrad asy-Syamiyyin (belum dicetak).
Pada akhirnya, sejarah Islam berhutang jasa yang sangat besar kepada Imam Muslim. Meskipun beliau telah tiada namun ilmu beliau tetap abadi sepanjang masa. Pahala jariyah beliau terus mengalir bilamana kaum muslimin mempelajari dan mengamalkan dari karyanya Sahih Muslim dan karya-karya lainnya. Aamiin Allahumma Aamiinnn.
One Comment