Alur Logis Paradigma Dakwah Tarbawi dalam Konstruk Dakwah Islam Moderat

Muhammad Abdurrasyid Ridlo

Dakwah merupakan perbuatan yang sangat mulia dalam Islam, karena sejatinya, melalui dakwah, seorang Muslim melaksanakan perintah Allah untuk menyebarkan kebaikan (ma’ruf) dan mencegah kemungkaran, serta mengikuti sunnah Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam.

 Meskipun demikian, tidak semua orang berani mengambil peran ini, karena jalan dakwah penuh dengan tantangan. Kita bisa melihat bagaimana Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam menghadapi berbagai cobaan saat berdakwah di masa lalu—dilempari kotoran unta, dilempar batu hingga berdarah, dituduh gila, bahkan dituduh sebagai tukang sihir. Namun, semua cobaan tersebut tidak menghentikan beliau. Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam tetap teguh menyebarkan ajaran Islam dengan keyakinan bahwa Allah Subhanahu wata’ala akan selalu mendukung perjuangannya. Oleh karena itu, saat kita menghadapi tantangan atau cacian dalam berdakwah, kita seharusnya tidak menyerah. Ingatlah perjuangan Rasulullah dan perkuat kembali niat, tawakal, serta istiqamah kita dalam berdakwah, selalu melibatkan Allah dalam setiap aspek kehidupan.

Dakwah dalam Tinjauan Ulama

Syekh Ali Mahfudz mendefinisikan dakwah sebagai upaya memotivasi manusia untuk berbuat kebaikan dan memperoleh petunjuk, dengan menyeru kepada yang ma’ruf dan mencegah yang munkar, demi kebahagiaan dunia dan akhirat. Sedangkan menurut Syekh Ali Shalih Al-Mursyid, dakwah adalah konstruksi strategis untuk menegakkan kebenaran dan kebaikan serta melenyapkan kebatilan melalui berbagai pendekatan, metode, dan media. Hal ini sejalan dengan QS. An-Nahl/16:125 yang menyerukan agar dakwah dilakukan dengan hikmah, pengajaran yang baik, dan pendekatan yang santun,

اُدْعُ اِلٰى سَبِيْلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِيْ هِيَ اَحْسَنُۗ اِنَّ رَبَّكَ هُوَ اَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيْلِهٖ وَهُوَ اَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِيْنَ

“Serulah (manusia) ke jalan Rabbmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik serta debatlah mereka dengan cara yang lebih baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang paling tahu siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia (pula) yang paling tahu siapa yang mendapat petunjuk.”

Dakwah menjadi misi bagi setiap Muslim mukalaf, untuk senantiasa berusaha memaksimalkan daya untuk mengajak orang lain kepada jalan Allah dengan pendekatan yang baik, serta dengan kesadaran bahwa respon dari mad’u bisa beragam—baik positif maupun negatif. Dakwah juga bisa dilihat sebagai proses pembelajaran yang melibatkan internalisasi, transmisi, dan transformasi penghambaan kepada Allah yang berhubungan dengan sesama manusia. Dalam konteks ini, dakwah juga berkaitan erat dengan tarbiyah atau pendidikan, yang melibatkan da’i, uslub (metode), wasilah (media), dan mad’u dalam mencapai tujuan pembelajaran (tarbawi).

Tantangan dan Strategi Dakwah

Tantangan dalam berdakwah tak dapat dihindari, terutama ketika masyarakat dengan berbagai macam kecenderungan menjadi target dakwah. Oleh karena itu, dakwah harus berorientasi pada kemajuan masyarakat dan menempatkan mereka sebagai basis pemberdayaan. Hal ini memerlukan strategi yang relevan dengan mempertimbangkan efektivitas penyampaian dakwah yang disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing masyarakat. Dalam berdakwah, penting bagi seorang da’i untuk memiliki pemahaman yang baik tentang situasi dan kondisi, memahami karakter mad’u, serta lingkungan tempat berdakwah. Seorang da’i juga harus memahami permasalahan yang ada serta harapan dan kebutuhan masyarakatnya, dan melibatkan masyarakat atau pihak lain yang dapat membantu dalam proses dakwah.

Dr. Ali Abdul Halim Mahmud menawarkan konstruk dakwah Islam sebagai cara ideal dalam berinteraksi dengan fitrah manusia untuk memproses perubahan menuju kondisi yang lebih baik. Interaksi ini bisa dilakukan secara langsung melalui kata-kata atau secara tidak langsung melalui keteladanan. Kata kunci dari dakwah Islam adalah interaksi, baik langsung maupun tidak langsung, yang berujung pada perubahan menuju situasi yang lebih baik.

Proses dan Prinsip Dakwah Islam

Dakwah Islam sebagai batasan normatif berasaskan pada perubahan yang dilakukan secara bertahap, hingga mencapai kesempurnaan. Salah satu esensi dari dakwah Islam adalah pemberdayaan, perbaikan, dan pertumbuhan, yang dilakukan secara perlahan namun pasti. Aktivis dakwah Islam didorong untuk beramal dengan ihsan, yaitu melakukan sesuatu berdasarkan ilmu dan sesuai dengan tempatnya. Mereka tidak bekerja sebelum waktunya dan tidak menunda pekerjaan yang seharusnya dilakukan. Semua amal dan kerja dakwah dilakukan secara terbimbing, dengan pertimbangan ilmu serta kesesuaian waktu dan tempat. Pada hakikatnya, Aktivis dakwah Islam juga harus menghindari sikap mencari-cari kesalahan dan kealpaan dari objek dakwahnya. Sebaliknya, mereka didorong untuk terus beramal sambil memberikan udzur, berbaik sangka, dan memaafkan kondisi yang terjadi. Mereka memahami bahwa kesalahan adalah risiko dari sebuah ijtihad, amal, dan karya, dan bahwa kerja dakwah selalu terbuka untuk evaluasi dan perbaikan.

Sifat Dakwah Islam

Dakwah Islam memiliki sifat yang definitif, realistis, obsesif, dan dapat diukur. Sifat definitifnya memungkinkan dakwah dilakukan dengan jelas oleh para aktivisnya. Realistis berarti dakwah bisa diwujudkan dengan mudah dan mungkin. Obsesif artinya dakwah mendorong komunitasnya untuk terus bergerak dan tidak puas dengan kondisi yang ada. Terakhir, sifat yang dapat diukur menjadikan dakwah Islam terukur secara kuantitatif dan substantif, sehingga memungkinkan evaluasi yang terus-menerus demi kemajuan yang lebih baik. Dengan sifat-sifat ini, dakwah Islam tidak hanya menjadi tugas, tetapi juga sebuah proses transformasi yang berkelanjutan untuk membentuk masyarakat yang lebih baik, dengan tetap berpegang pada prinsip-prinsip Islam yang moderat dan humanis.

Refleksi atas bacaan:

  1. Deden A. Herdiansyah & Dwi Budiyanto, (2020), Bergembira di Jalan Dakwah: Bersama dalam Menyeru dan Membina Umat Menuju Kebaikan, Yogyakarta: Gaza Library Publishing
  2. Eko Novianto & Wasilah Fauziyyah, (2023), Di Kekinian Dakwah: Strategi Dakwah Kultural, Yogyakarta: Gaza Library Publishing
  3. Eko Novianto, (2023), Taqwim Tarbawi, Yogyakarta: Gaza Library Publishing
  4. Eko Novianto, (2019), Gerakan Dakwah Islam dan Kelas Menengah Atas, Yogyakarta: Gaza Library Publishing
  5. Miswan Thohadi, (2013), Quantum Dakwah dan Tarbiyah: Menuju Kemenangan Islam di Pentas Peradaban, Jakarta: Al-I’tishom
  6. Musthafa Masyhur, (2000), Fiqh Dakwah, Jakarta: Al-I’tishom
  7. Simuh, (2019), Pergolakan Pemikiran dalam Islam, Yogyakarta: IRCiSoD

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *