Ulumulhadis.id – Dalam studi hadis, menjaga keaslian dan keutuhan matan (teks) hadis merupakan hal yang sangat penting. Salah satu tantangan dalam hal ini adalah fenomena hadis mudraj, yakni hadis yang di dalamnya terdapat tambahan atau sisipan yang sebenarnya bukan berasal dari Rasulullah, melainkan dimasukkan oleh perawi atau pihak lain.
Fenomena ini memiliki dampak signifikan terhadap pemahaman hadis dan menuntut ketelitian para ulama dalam mengidentifikasi bagian yang asli dari perkataan Nabi Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam. Tulisan ini akan menguraikan secara mendalam tentang hadis mudraj, mencakup pengertiannya, contoh kasus, penyebab terjadinya, serta pentingnya studi terhadap fenomena ini.
Pengertian Hadis Mudraj
Secara bahasa, kata mudraj merupaakan isim maf’ul dari kata أدرج – يدرج – إدراج – مدرج yang berarti “memasukkan” atau “menyisipkan.” Dalam konteks ilmu hadis, hadis mudraj adalah hadis yang di dalamnya terdapat tambahan kata, frasa, atau kalimat yang tidak berasal dari Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam. Penyisipan ini bisa terjadi secara sengaja atau tidak sengaja oleh perawi.
Para ulama membagi hadis mudraj ke dalam dua kategori utama:
- Mudraj dalam Matan – Penyisipan terjadi pada teks hadis itu sendiri, sehingga dapat mengubah atau menambah makna hadis.
- Mudraj dalam Sanad – Penyisipan terjadi pada rantai periwayatan (sanad), yang dapat menyebabkan perubahan dalam identifikasi perawi atau jalur periwayatan.
Dari kedua kategori ini, mudraj dalam matan lebih sering menjadi sorotan karena secara langsung mempengaruhi pemahaman terhadap hadis.
- Contoh Hadis Mudraj dalam Sanad
Salah satu contoh idraj dalam sanad dapat ditemukan dalam hadis tentang dosa yang paling besar:
“أَيُّ الذَّنْبِ أَعْظَمُ؟ قَالَ: أَنْ تَجْعَلَ لِلَّهِ نِدًّا” (“Dosa apakah yang paling besar? Nabi menjawab: ‘Engkau menjadikan sekutu bagi Allah.'”)
Hadis ini diriwayatkan oleh Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu melalui beberapa jalur sanad yang berbeda:
- Riwayat pertama: Wasil bin Hayyan meriwayatkannya dari Abu Wa’il Syaqiq bin Salamah langsung dari Ibnu Mas’ud.
- Riwayat kedua: Al-A’masy dan Manshur bin al-Mu’tamir meriwayatkannya dari Abu Wa’il melalui Abu Maysarah sebelum sampai ke Ibnu Mas’ud.
Namun, seorang perawi bernama Abdurrahman bin Mahdi menggabungkan kedua jalur ini menjadi satu tanpa menjelaskan perbedaannya, sehingga menimbulkan kesan seolah-olah jalur periwayatannya sama. Ini adalah bentuk idraj dalam sanad, yang dapat menyebabkan kebingungan dalam memahami jalur asli periwayatan hadis.
Contoh Hadis Mudraj dalam Matan
Salah satu hadis mudraj dalam matan adalah hadis yang berkaitan dengan kelompok ‘Urainah:
“لَوْ خَرَجْتُمْ إِلَى إِبِلِنَا فَشَرِبْتُمْ مِنْ أَلْبَانِهَا وَأَبْوَالِهَا” (“Seandainya kalian pergi ke unta-unta kami, lalu minum dari susunya dan air kencingnya.”)
Namun, dalam riwayat lain yang lebih valid, lafaz hadis ini hanya:
“فَشَرِبْتُمْ مِنْ أَلْبَانِهَا” (“Lalu minum dari susunya.”)
Tambahan “وَأَبْوَالِهَا” (“dan air kencingnya”) ternyata merupakan idraj yang dimasukkan oleh perawi bernama Humaid yang mendengarnya dari Qatadah. Karena tidak menjelaskan bahwa tambahan ini berasal dari Qatadah, perawi berikutnya menganggapnya sebagai bagian dari sabda Nabi Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam. Ulama hadis seperti Muhammad bin Abi ‘Adi, Marwan bin Mu’awiyah, dan Yazid bin Harun menegaskan bahwa tambahan ini adalah idrâj dan bukan bagian dari hadis asli.
Penyebab Terjadinya Hadis Mudraj
Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya hadis mudraj antara lain:
- Ketidaksengajaan Perawi – Dalam beberapa kasus, perawi tidak sengaja mencampurkan perkataan Nabi dengan penjelasan pribadinya, yang kemudian dianggap sebagai bagian dari hadis.
- Tujuan Pendidikan – Perawi terkadang menambahkan penjelasan guna memperjelas makna hadis agar lebih mudah dipahami oleh pendengar.
- Kesalahan dalam Penulisan – Kesalahan dalam proses penulisan atau penyalinan hadis juga dapat menyebabkan idraj tanpa disengaja.
Signifikansi Mempelajari Hadis Mudraj
Meneliti hadis mudraj memiliki beberapa manfaat penting, antara lain:
- Menjaga Keaslian Hadis – Dengan mengidentifikasi hadis mudraj, para ulama dapat memastikan bahwa teks hadis yang diterima benar-benar berasal dari Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam.
- Memahami Konteks dengan Benar – Hadis mudraj dapat mengubah makna aslinya. Memahami bagian mana yang merupakan sisipan akan membantu memahami ajaran Islam dengan lebih akurat.
- Menghindari Kesalahan dalam Berhujjah – Hadis mudraj yang tidak teridentifikasi dapat dijadikan dalil yang lemah atau tidak valid. Oleh karena itu, penelitian hadis mudraj dapat mencegah kekeliruan dalam menggunakan hadis sebagai landasan hukum.
Cara Mengidentifikasi Hadis Mudraj
Para ulama telah mengembangkan beberapa metode untuk mengenali hadis mudraj, antara lain:
- Membandingkan Riwayat – Dengan meneliti berbagai versi hadis, ulama dapat mengidentifikasi perbedaan yang mencurigakan.
- Meneliti Sanad – Jika ditemukan ketidakkonsistenan dalam sanad, maka ada kemungkinan terjadi idraj.
- Menggunakan Analisis Bahasa dan Konteks Historis – Dengan memahami gaya bahasa Rasulullah serta konteks historisnya, ulama dapat mendeteksi tambahan yang tidak sesuai dengan kebiasaan bahasa Nabi.
Akhir Kalam
Hadis mudraj merupakan salah satu tantangan dalam studi hadis yang menuntut kehati-hatian dalam memahami teks hadis. Meskipun idraj tidak selalu disengaja, penyisipan dalam matan maupun sanad dapat mempengaruhi pemahaman dan praktik keagamaan umat Islam.
Karena itu, upaya mengidentifikasi hadis mudraj menjadi bagian penting dalam menjaga kemurnian ajaran Islam. Dengan ketelitian dan kajian mendalam, para ulama dapat memastikan bahwa hadis-hadis yang dijadikan pegangan benar-benar berasal dari Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Wallahu a’lam bish-shawab.