ulumulhadis.id – Di masa jahiliyah dulu perempuan dianggap sebagai sesuatu yang hina. Nasibnya pun sangat memprihatinkan. Bahkan tak jarang perempuan hanya dianggap sebagai pelayan bagi laki-laki yang bisa diperlakukan sesuka hati. Intinya dalam hal apapun posisinya selalu di nomor duakan setelah laki-laki.
Kemudian datanglah Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad untuk melenyapkan segala persepsi yang dianggap merendahkan perempuan. Islam datang untuk mengangkat harkat dan martabat serta memberikan penghargaan yang tinggi terhadap perempuan. Maka jika dilihat di dalam kitab suci Al-Qur’an, terdapat banyak sekali surah maupun ayat-ayat yang berbicara tentang keistimewaan khusus terhadap perempuan.
Sebagai contoh, di dalam Al-Qur’an terdapat surah An-Nisa yang berarti perempuan, kemudian surah Al-Mujadilah, surah Al-Mumtahanah, surah At-Talaq, dan surah An-Nur yang banyak membahas tentang hak kesetaraan antara perempuan dengan laki-laki dalam beberapa sisi, kemudian terdapat surah yang dinamai dari seorang perempuan yakni surah Maryam yang menunjukkan bahwa seorang perempuan pun kedudukannya bahkan hampir setingkat dengan Nabi. Selain itu kisah Maryam sebagai seorang perempuan pun dapat menjadi teladan bagi seluruh umat.
Berbicara mengenai kesempurnaan, Nabi Muhammad adalah manusia yang paling sempurna dari kalangan laki-laki. Namun pernahkah terpikir bahwa manusia sempurna juga ada dari kalangan perempuan? Siapakah ia? Ialah Khadijah binti Khuwailid yang juga merupakan istri manusia yang paling sempurna yaitu Nabi Muhammad. Tak heran laki-laki sempurna seperti Nabi Muhammad juga mendapatkan pasangan yang sempurna seperti Khadijah.
Dalam perjalanan hidup, mulai dari ketika Khadijah masih kecil hingga menjelang wafat, perjalanan hidupnya bahkan sangat mirip sekali dengan Rasulullah.
Mulai dari garis keturunan, Nabi Muhammad dan Khadijah radhiallahu ‘anha sama-sama mempunyai darah keturunan Quraisy. Sama dengan Nabi Muhammad yang dirawat dan dibesarkan oleh pemimpin suku yakni Abdul Muthalib, maka begitu pula Khadijah juga dirawat dan dibesarkan oleh Ayahnya yakni Khuwailid yang juga merupakan seorang pimpinan suku.
Sebagaiamana saya sebutkan di atas bahwa Khadijah adalah perempuan yang sempurna, mungkin yang saya jelaskan di atas gambaran kesempurnaan Khadijah masih terasa absrak. Maka dari itu, akan sedikit saya jelaskan alasan-alasan mengapa Khadijah sangat layak dikategorikan sebagai perempuan sempurna.
Khadijah Mempunyai Mental Mandiri dan Berdikari
Sedari kecil Khadijah sudah dididik oleh Ayahnya untuk menjadi perempuan yang mandiri dan berdikari. Ketika masih anak-anak, Khadijah diikutsertakan oleh Ayahnya untuk berdagang. Sebagaimana diketahui bersama bahwa suku Quraisy memang mempunyai jiwa yang mandiri dan kuat mental menempuh perjalanan dalam menjajakan barang dagangannya. Memang begitulah suku Quraisy, bahkan kebiasaan suku Qurasiy itu diabadikan di dalam Al-Qur’an:
لِإِيلَٰفِ قُرَيۡشٍ ١ إِۦلَٰفِهِمۡ رِحۡلَةَ ٱلشِّتَآءِ وَٱلصَّيۡفِ ٢
“Karena kebiasaan orang-orang Quraisy, (yaitu) kebiasaan mereka bepergian pada musim dingin dan musim panas.” (QS. Quraisy [106]: 1-2)
Pada ayat satu dan dua, Allah menjelaskan bahwa profesi suku Quraisy adalah sebagai kaum pedagang di negara yang tandus. Meskipun begitu, mereka bukanlah pedagang sembarangan. Mereka adalah pedagang kelas internasional. Mereka mempunyai dua jurusan perdagangan, pada musim dingin mereka ke arah Yaman untuk membeli rempah-rempah yang datang dari Timur jauh melalui Teluk Persia dan yang kedua ke arah Syam pada musim panas untuk membeli hasil pertanian untuk dijual dinegeri tandus lagi kering itu. (Tafsir Qur’an Kemenag)
Demikian juga Khadijah, jangan bayangkan keadaan Khadijah seperti mbak-mbak atau ibu-ibu yang menjajakan dagangannya di rumah-rumah atau di pasar. Level dagangan Khadijah saat itu selevel internasional, buktinya ketika Khadijah masih belum menikah, beliau pernah menugaskan Nabi Muhammad (saat itu masih belum diangkat menjadi Nabi) untuk mengekspor barang dagangannya keluar negeri Arab. Alhasil, barang dagangannya pun selalu habis terborong dan Khadijah menjadi wanita terkaya saat itu.
Maka sangat layak jika Khadijah menikahi Nabi Muhammad yang juga merupakan seorang yang ahli dalam berdagang dan sama-sama keturunan Quraisy. Jadi, ketika dua insan tersebut saling disatukan dalam ikatan suci pernikahan, maka akan semaktin tidak tertandingilah kekuatan mereka dalam berdagang dan semakin kayalah mereka.
Khadijah Memiliki Akhlak yang Sempurna
Tak ada wanita yang lebih indah pekertinya, lebih tangguh jiwanya, dan lebih utama kehormatannya dari pada Khadijah. Ketika ia dilahirkan di masyarakat Arab jahiliyah, ia tetap tumbuh dengan akhlak yang mulia, bahkan ia tidak pernah sedikit pun mengikuti kebiasaan buruk orang Arab jahiliyah.
Memang sedari kecil, Khadijah dididik oleh orang tuanya dengan sangat baik. Bahkan masyarakat Arab menjulukinya sebagai “At-Thahirah” yang berarti suci. Julukan tersebut ia dapatkan karena pancaran dari akhlaknya yang suci, seakan-akan tanpa cacat sekalipun. Sekalipun telah mendapat julukan demikian, beliau tetap rendah hati, tidak memandang rendah orang lain, dan selalu menunjukkan akhlak yang mulia.
Di masa pernikahan Khadijah dengan Rasulullah pun ia tidak pernah sekalipun memperlihatkan akhlak yang buruk kepada Rasulullah sebagai sang suami. Ia selalu loyal kepada Rasulullah, tidak pernah membangkang kepada sang Rasulullah, tidak pernah mengangkat suaranya lebih tinggi kepada suami, dan tidak pernah memperlihatkan raut wajah marah kepada sang suami. Maka tidak heran, setelah kepeninggalan Khadijah, Rasulullah tidak pernah melupakan jasa-jasa kebaikan Khadijah, ia tetap selalu menjadi istri nomor satu di hati Rasulullah dan tidak akan pernah tergantikan.
Khadijah Beserta Keluarga Semasa Hidup Tidak Pernah Menyembah Berhala
Meskipun hidup di lingkungan masyarakat Arab jahiliyah yang menyembah berhala, ternyata Khadijah beserta keluarganya tidak pernah mengikuti kebiasaan buruk Arab jahiliyah yang menyembah berhala (polytheisme). Sebelum diutusnya Muhammad sebagai Nabi, Khadijah beserta keluarga adalah penganut ajaran yang hanif (lurus) sebagaimana ajaran yang dibawa oleh Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail. (Roziqin, 2018)
Ketika Muhammad menerima wahyu pertama di gua Hira, Nabi Muhammad pulang dalam keadaan ketakutan menemui Khadijah. Lalu Khadijah dengan sigapnya menyelimuti Muhammad agar rasa takut Muhammad hilang. Lalu Muhammad menceritakan segala hal yang ia alami ketika ia bertemu sosok misterius di gua Hira. Kemudian Khadijah menghibur beliau seraya berkata “Jangan takut, bergembiralah! Demi Allah, Allah tidak akan menghinakanmu selamanya, sesungguhnya engkau adalah orang baik, engkau gemar menyambung tali persaudaraan, engaku adalah orang jujur, engkau senantiasa menyambut tamu, dan engkau senantiasa membela kebenaran. (HR. Muslim: Bab Permulaan Wahyu).
Setelah itu, Khadijah membawa Muhammad untuk menemui Waraqah bin Naufal, salah seorang ahli kitab yang juga merupakan sepupu Khadijah. Rasulullah kemudian menceritakan kisah yang ia beliau alami ketika di gua Hira dan sosok misterius yang ia temui. Lantas Waraqah menjawab “itu adalah undang-undang (ayat) yang juga pernah diturunkan kepada Nabi Musa, sedangkan sosok misterius yang mendatangimu adalah Namus (malaikat Jibril) yang juga pernah diutus untuk menemui Musa. Duhai sekiranya umurku masih panjang, aku akan menjadi orang terdepan yang akan membelamu. Kemudian tak selang lama Waraqah pun meninggal (HR. al-Bukhari: Bab Wahyu Pertama).
Keluarga Khadijah Menjunjung Tinggi Kedudukan Perempuan
Lain halnya di masa Arab jahiliyah perempuan dijadikan layaknya barang yang bisa diobrak abrik, dipertukarkan, dan diperjual belikan. Khadijah justru sebaliknya, mempunyai banyak budak,
Khadijah beserta keluarganya mampu mengalahkan kebiasaan buruk Arab jahiliyah yang mendeskriminasi kaum perempuan. Kedudukan Khadijah di Makkah sangat dimuliakan oleh masyarakat Arab, karena ia adalah seorang bangsawan cerdas dan berwibawa. Bahkan banyak para bangsawan, konglomerat, pemuka suku, dan pembesar Quraisy yang ditolak lamarannya oleh Khadijah disebabkan standar calon suami yang ideal bagi Khadijah sangatlah tinggi.
Mendapat Salam dari Allah dan Mendapat Jaminan Surga
Sayyidati Khadijah adalah orang pertama yang mengimani bahwa sang suami adalah Rasulullah dan kemudian ia menyatakan ke Islamannya tanpa ragu dan tanpa bimbang sedikitpun. (Ibrahim, 2014)
Tidak hanya sekedar mengimani, Khadijah justru sangat gencar membantu Rasulullah dalam berdakwah. Khadijah senantiasa mendampingi Rasulullah, memberikan pembelaan maksimal kepada Rasulullah, serta bergabung bersama Rasulullah dalam memikul penderitaan selama berdakwah.
Intinya, Khadijah mempunyai peran yang besar dalam memperjuangkan tersebarnya dakwah agama Islam. Selain Khadijah sangat berjasa dalam menghibur hati Rasulullah yang lelah, gundah, dan sedih dalam berdakwah, Khadijah juga tidak tanggung-tanggung rela menyerahkan seluruh harta untuk dimanfaatkan dan dihabiskan demi kesuksesan dakwah Rasulullah. Khadijah merelakan hartanya kepada Rasulullah bukan atas dasar Rasulullah sebagai suami, akan tetapi Khadijah merelakan hartanya karena imannya yang sempurna kepada Allah.
Maka di dalam hadis disebutkan bahwa Khadijah memang sangat layak mendapat predikat sebagai perempuan penghulu dunia. Sebagaimana diriwayatkan oleh Anas bin Malik:
عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ حَسْبُكَ مِنْ نِسَاءِ الْعَالَمِينَ مَرْيَمُ ابْنَةُ عِمْرَانَ وَخَدِيجَةُ بِنْتُ خُوَيْلِدٍ وَفَاطِمَةُ بِنْتُ مُحَمَّدٍ وَآسِيَةُ امْرَأَةُ فِرْعَوْنَ قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ صَحِيحٌ
Dari Anas radliallahu ‘anhu bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Cukuplah bagimu dari perempuan (penghulu) dunia adalah Maryam binti Imran, Khadijah binti Khuwailid dan Fathimah binti Muhammad serta Asiyah isteri Fir’aun.” (HR. At-Tirmidzi)
Begitu mulianya Khadijah sampai-sampai Rasulullah menyandingkan Khadijah bersama para perempuan ahli surga yang namanya pernah diabadikan di dalam Al-Qur’an. Rasulullah sangat beruntung sekali bisa mendapatkan pasangan yang sempurna seperti Khadijah. Khadijah mempunyai loyalitas tanpa batas untuk Rasulullah. Bahkan ketika Khadijah sakit mendekati wafatnya, Khadijah tetap loyal mengerahkan segala kekuatan tenaga untuk melayani dan membantu Rasulullah dalam berdakwah.
Sebelum wafatnya Khadijah, Allah terlebih dahulu memberikan pesan isyarat sekaligus menyampaikan berita gembira kepada Khadijah bahwa ia mendapat salam dan jaminan berupa surga. Sebagaimana disebutkan dalam hadis riwayat Aisyah:
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ بَشَّرَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَدِيجَةَ بِنْتَ خُوَيْلِدٍ بِبَيْتٍ فِي الْجَنَّةِ
Dari ‘Aisyah dia berkata; “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memberi kabar gembira kepada Khadijah binti Khuwailid dengan sebuah rumah di surga.” (HR. Muslim: Bab Keutamaan Khadijah)
Di dalam hadis lain dengan redaksi yang lebih lengkap juga disebutkan:
عَنْ أَبِي زُرْعَةَ قَالَ سَمِعْتُ أَبَا هُرَيْرَةَ قَالَ أَتَى جِبْرِيلُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ هَذِهِ خَدِيجَةُ قَدْ أَتَتْكَ مَعَهَا إِنَاءٌ فِيهِ إِدَامٌ أَوْ طَعَامٌ أَوْ شَرَابٌ فَإِذَا هِيَ أَتَتْكَ فَاقْرَأْ عَلَيْهَا السَّلَامَ مِنْ رَبِّهَا عَزَّ وَجَلَّ وَمِنِّي وَبَشِّرْهَا بِبَيْتٍ فِي الْجَنَّةِ مِنْ قَصَبٍ لَا صَخَبَ فِيهِ وَلَا نَصَبَ قَالَ أَبُو بَكْرٍ فِي رِوَايَتِهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ وَلَمْ يَقُلْ سَمِعْتُ وَلَمْ يَقُلْ فِي الْحَدِيثِ وَمِنِّي
Dari Abu Zur’ah dia berkata; Aku mendengar Abu Hurairah berkata; “Pada suatu ketika Jibril pernah datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sambil berkata; Ya Rasulullah ini dia Khadijah. Ia datang kepada engkau dengan membawa wadah berisi lauk pauk (baik itu makanan ataupun minuman). Oleh karena itu, apabila ia datang kepada engkau, maka sampaikanlah salam dari Allah Subhanahu wa Ta’ala dan dariku kepadanya. Selain itu, beritahukan pula kepadanya bahwa rumahnya di surga terbuat dari emas dan perak, yang di sana tidak ada kebisingan dan kepayahan di dalamnya.” (HR. Muslim: Bab Keutamaan Khadijah)
Pesan dari malaikat Jibril tersebut menjadi kabar gembira bahwa Khadijah telah dipastikan mendapatkan surga dari Allah, namun pesan tersebut juga menjadi kabar duka bagi Rasulullah bahwa sebentar lagi ia akan kehilangan istri yang ia cintai itu sebentar lagi akan meninggalkannya.
Khadijah Adalah Sosok Figur Ibu yang Sempurna
Selain Khadijah sibuk membantu Rasulullah dalam berdakwah, Khadijah bersama Nabi Muhammad juga mengasuh dan membersarkan anak-anak di dalam rumahnya. Khadijah dan Rasulullah merupakan sosok parents yang patut untuk diteladani bagi seluruh umat.
Dari Rasulullah, Khadijah melahirkan lima keturunan, yakni Qasim (sayangnya ia wafat ketika berumur dua tahun), Zainab, Ruqoyyah, Ummu Kultsum, dan Fatimah. Mendidik anak tidaklah mudah, akan tetapi mereka tetap sukses mendidik keempat putrinya tersebut menjadi perempuan yang salihah. (Az-Zirikli, 1989)
Belum lagi Khadijah dan Rasulullah mendidik tiga anak kecil yang juga tinggal di rumah Nabi yakni Hind bin Abi Halah (anak Khadijah dari suami pertamanya yang kemudian menjadi anak angkat Rasulullah), kemudian Ali bin Abi Thalib juga menjadi anak angkat Nabi, karena Nabi ingin membantu menghilangkan beban Abu Thalib yang tidak mampu merawat anaknya lantaran miskin, kemudian Zaid bin Haritsah yang merupakan seorang budak yang dihadiahkan kepada Khadijah kemudian dijadikan anak angkat olehnya. (Beik, 2000)
Namun demikian, meskipun Khadijah dan Rasulullah mengasuh dan merawat banyak anak, akan tetapi mereka sukses mendidik anak-anak tersebut menjadi pribadi yang salih dan salihah. Bahkan semua anak yang telah Khadijah dan Rasulullah asuh telah menjadi pemimpin dan pemuka agama di kalanagan kaum Muslimin dan Muslimah.
Dengan demikian, dapat kita pahami bersama bahwa Khadijah sangat layak dikategorikan sebagai wanita paling sempurna di akhir zaman. Khadijah adalah figur istri yang sempurna sekaligus menjadi figur ibu yang sempurna di dalam rumah tangga. Khadijah juga merupakan seorang perempuan yang cerdas, mandiri, dan piawai dalam berdagang, bahkan dari kecerdasan, kemandirian, dan kepiawaiannya dalam berdagang mengantarkannya menjadi salah seorang perempuan terkaya di Makkah.
Dari kecerdasannya pula Khadijah telah sukses mengangkat harkat dan martabat perempuan. Lebih dari itu, Khadijah adalah perempuan sempurna yang layak mendapatkan pasangan suami yang sempurna seperti Nabi Muhammad. Kesempurnaanya tergenapkan ketika Khadijah mendapat salam dari Allah dan mendapatkan hadiah jaminan berupa surga.
Sosok Khadijah menjadi contoh perempuan hebat yang akan selalu dikenang sepanjang masa. Semoga Khadijah sang Ummul Mukminin beserta keluarganya selalu mendapat kebaikan dari Allah subhanahu wa ta’ala. Dan semoga kita semua bisa meneladani segala bentuk kebaikan yang telah beliau lakukan. Aamiinn ya Rabbal ‘Alamiin.
masyaallah luar biasa sekalii kisah ibunda khadijah iniii
MaasyaAllah brother, semoga kita dapat meneladani Ibunda Khadijah… Aamiinn Allahumma Aamiinn