Membingkai Masa Depan: Merajut Tafsir Ideal di Era Pergeseran (Konstruksi Tafsir Ideal Masa Depan)

Amelia Putri

Menurut penulis, dalam konstruksi tafsir yang ideal di era pergeseran ini, sangatlah penting untuk mempertimbangkan beberapa aspek krusial. Mengapa demikian? Karena era kita sekarang, di mana teknologi semakin mendominasi, menghadirkan tantangan baru yang tidak pernah ada sebelumnya di masa silam. Al-Qur’an, yang pada masa lalu tidak pernah diperdebatkan dengan teknologi dan sains, kini mulai menghadapi perdebatan tersebut. Oleh karena itu, tafsir sebagai jembatan dan bingkai antara Al-Qur’an dan realitas serta teknologi zaman sekarang menjadi sangat diperlukan.

Sesuai dengan makna kata tafsir itu sendiri, yang berasal dari kata fassara—al kasyfu, yakni menyingkap atau menjelaskan apa yang belum jelas dalam Al-Qur’an. Prof. Dr. M. Quraish Shihab mengemukakan bahwa tafsir yang ideal di masa depan adalah tafsir bil matsur, yaitu tafsir yang berdasarkan pada ayat-ayat Al-Qur’an, hadits, dan pendapat para sahabat dalam menafsirkan Al-Qur’an. Karena seorang mufassir tentu tidak boleh mengabaikan hadis-hadis serta kaidah penafsiran baik dalam konteks maupun non-konteks.

Berikut adalah karakteristik tafsir ideal yang perlu diperhatikan:

  1. Komprehensif
    Tafsir harus mencakup seluruh aspek, menyeluruh, dan mendalam dalam memahami konteks ayat, sosiohistoris, serta budaya. Mengingat zaman yang semakin kompleks dengan berbagai masalah sosial dan teknologi, penting bagi tafsir di masa depan untuk menjelaskan dan menjawab persoalan zaman secara menyeluruh dan tidak setengah-setengah. Sebaliknya, ia harus mampu memberikan analisis yang menyeluruh dan mendalam terhadap berbagai persoalan yang timbul, baik yang bersifat sosial maupun teknologi, untuk memberikan jawaban yang komprehensif sesuai dengan perkembangan zaman.
  2. Kontekstual
    Konteks ayat, sosiohistori, dan budaya kekinian harus diperhatikan. Budaya pada zaman dulu dan sekarang jelas berbeda, bahkan konteks ayat pun harus dipahami dengan cara yang berbeda agar relevan dengan permasalahan budaya masa kini. Aspek ini juga mempengaruhi hukum yang akan dikeluarkan, sehingga tafsir yang ideal perlu memperhatikan kontekstualitas, baik dari konteks ayat, sosiohistori, maupun budaya kekinian sehingga dapat memberikan panduan yang sesuai dengan kondisi zaman.
  3. Solutif
    Tafsir harus menawarkan solusi atas tantangan masa depan. Sesuai dengan arti kata fassara yang berarti menjelaskan atau al kasyfu yang berarti menyingkap, maka demikian pula tafsir harus mampu menjawab dan menjelaskan persoalan yang belum jelas serta memberikan solusi terhadap peristiwa yang terjadi. Ini berarti tafsir harus mampu memberikan panduan dan solusi yang aplikatif, sehingga dapat membantu umat Islam dalam menghadapi berbagai tantangan masa depan.
  4. Multidisipliner
    Tafsir harus melibatkan berbagai disiplin ilmu, tidak hanya terbatas pada ranah keislaman saja, namun juga diharapkan dapat menjawab berbagai tantangan di bidang keilmuan dan masyarakat. Melihat perkembangan teknologi yang semakin pesat, tafsir harus bersifat multidisipliner, yaitu memberikan pemahaman yang lebih luas untuk menjawab berbagai ilmu pengetahuan, tidak hanya dalam konteks keagamaan, tetapi juga sains, filsafat, dan sosial. Dengan mengintegrasikan berbagai disiplin ilmu, tafsir dapat memberikan pandangan yang lebih holistik dan menyeluruh.
  5. Aksesibel
    Tafsir harus menggunakan bahasa yang mudah dipahami dan teknologi yang terjangkau luas. Penggunaan bahasa yang sederhana akan memungkinkan masyarakat luas, bukan hanya kalangan intelektual dan akademisi, tetapi juga orang awam untuk memahami tafsir dengan baik. Hal ini penting mengingat Indonesia yang terdiri dari berbagai pulau dan suku, banyak di antaranya masih awam terhadap tafsir. Oleh karena itu, penting agar tafsir dapat diakses secara luas oleh semua lapisan masyarakat.
  6. Interaktif
    Tafsir yang bersifat interaktif akan mengacu pada pendekatan yang memungkinkan pengguna untuk berinteraksi secara visual dengan teks Al-Qur’an. Penulis menemukan tiga kategori tafsir interaktif: pertama, menggunakan teknologi augmented reality (AR) yang memungkinkan pengguna untuk menjelajahi tafsir secara visual, mendalami aspek sejarah, budaya, serta konsep-konsep abstrak yang mungkin sulit dipahami. Kedua, menggunakan aplikasi atau platform digital, salah satunya adalah tafsir Al-Misbah digital, yang dikembangkan oleh Quraish Shihab. Ketiga, pengindeksan berbasis tema yang memudahkan pembaca dalam menjelajahi dan menemukan topik yang relevan dengan lebih mudah.
  7. Universal
    Tafsir harus menyeluruh dan relevan, membawa pesan yang berlaku untuk semua orang tanpa memandang latar belakang atau konteks tertentu. Tafsir harus membawa pesan yang berlaku secara universal dan relevan untuk setiap individu, sehingga dapat diterima dan dipahami oleh semua kalangan.

Selain hal-hal tersebut, metode tafsir yang mapan juga harus diperhatikan agar tetap relevan terhadap zaman serta mengandung kebaharuan. Tafsir ideal tidak terikat pada suatu madzhab yang fanatik, sehingga tetap menjaga relevansi dan kontekstualitas Al-Qur’an tanpa mengorbankan sakralitas teks Al-Qur’an.

Dalam menghadapi era pergeseran yang ditandai dengan kemajuan teknologi dan perubahan sosial yang pesat, tafsir Al-Qur’an harus beradaptasi untuk tetap relevan dan efektif. Konstruksi tafsir ideal di masa depan memerlukan pendekatan yang komprehensif, kontekstual, solutif, multidisipliner, aksesibel, interaktif, dan universal. Dengan mengintegrasikan karakteristik-karakteristik ini, tafsir dapat berfungsi tidak hanya sebagai alat pemahaman spiritual, tetapi juga sebagai panduan praktis dalam menyikapi tantangan zaman modern.

Oleh karena itu, penting bagi para mufassir dan akademisi untuk terus berinovasi dalam metode tafsir mereka, memastikan bahwa interpretasi Al-Qur’an tetap relevan dengan konteks kontemporer dan dapat diakses oleh seluruh lapisan masyarakat. Dengan demikian, tafsir tidak hanya akan memperkaya pemahaman keagamaan tetapi juga memberikan kontribusi positif terhadap kemajuan sosial dan intelektual umat manusia.

Melalui upaya bersama, kita dapat membingkai masa depan tafsir Al-Qur’an dengan cara yang lebih inklusif, dinamis, dan bermanfaat, memastikan bahwa pesan-pesan suci Al-Qur’an terus hidup dan memberikan petunjuk yang berharga di tengah kompleksitas dunia yang terus berubah.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *