ulumulhadis.id – Bagi umat Islam secara umum, eksistensi kitab hadis sangat diperhitungkan karena hadis adalah sumber rujukan agama Islam dan sumber hukum utama setelah al-Qur’an. Maka dari itu, eksistensi kitab-kitab hadis dianggap sangatlah penting.

Dari sekian banyak koleksi kitab hadis, Salah satu kitab yang sangat dihormati di antara koleksi kitab hadis adalah Sunan Abu Dawud, yang termasuk dalam golongan kutub as-sittah, enam kitab hadis utama. Ini menunjukkan bahwa kitab Sunan Abu Dawud mempunyai keistimewaan tersendiri. Maka dari itu, penting bagi umat Islam untuk mengenal lebih jauh mengenai kedudukan dan isi kitab tersebut.

Nama dan Makna Sunan

Imam Abu Dawud menamai kitabnya “Sunan”, yang merupakan jamak dari “sunah” yang berarti jalan atau kebiasaan. Secara istilah, Sunan merujuk pada hadis-hadis Nabi yang mencakup ucapan, perbuatan, persetujuan, dan sifat-sifat beliau. Sunan Abu Dawud mengkaji hukum-hukum dalam Islam, disusun berdasarkan urutan bab-bab fikih.

Metode dan Sistematika Penulisan

Sebuah kumpulan kitab hadis akan tergolong sebagai kitab sunan jika terpenuhi 3 syarat,

1. Hanya berisi hadis marfu (hadis yang sanadnya sampai kepada Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam, artinya hadis tersebut benar-benar berasal dari Nabi)

2. Hadis-hadis di dalam kitab tersebut berisian hadis-hadis tentang bab hukum fikih.

3. Susunannya mengikuti sistematika buku fikih.

Untuk menulis kitab Sunan-nya ini, Imam Abu Dawud mengumpulkan sekitar 500.000 hadis kemudian dari situ beliau seleksi lagi hingga hanya tersisa 4800 hadis yang terpilih untuk beliau maktubkan di dalam Sunan-nya. Adapun jika dihitung dengan hadis yang berulang-ulang maka jumlah hadis yang termaktub dalam kitab tersebut berjumlah 5274 hadis.

Imam Abu Dawud menyusun kitab hadisnya menurut sistematika atau urutan bab-bab fikih yang fungsinya untuk memudahkan pembaca untuk mencari hadis-hadis hukum.

Adapun sistematikanya terdiri dari 38 kitab sedang urutan bab-nya dimulai dari Kitab at-Thaharah dan diakhiri dengan Bab Abwab as-Salam. Masing-masing penerbit berbeda-beda versi mengenai jumlah bab dan urutan kitab yang mereka cetak. Adapun yang penulis deskripskan dalam artikel ini merujuk pada terbitan Dar al-Qublah as-Saqofah li al-Islamiyyah-Jeddah, al-Maktabah al-Makkiyyah-Mekah yang di tahqiq oleh Muhammad Awwamah terdiri dari 5 Jilid. Namun dalam terbitan lain yang diterbitkan Dar ar-Risalah al-’Alamiyah yang ditahqiq oleh Syu’aib al-Arnaut dimulai terdiri dari 36 kitab dari Kitab Thaharah dan diakhiri dengan Kitab al-Adab yang semua itu tersusun dalam 7 jilid. Jumlah bab yang terdapat dalam keseluruhan kitab tersebut berjumlah 1871 bab.

NoKitabJumlah
BabHadis
1Kitab al-Thaharah (Bersuci)143390
2Kitab al-Salat (Shalat)3671165
3Kitab al-Zakat (Zakat)47145
4Kitab al-Luqatah (Barang Temuan)Tidak menggunakan sistem bab20
5Kitab al-Manasik (Manasik)98325
6Kitab al-Nikah (Nikah)50129
7Kitab al-Talak (Cerai)50138
8Kitab al-Shaum (Puasa)81164
9Kitab al-Jihad (Jihad)182311
10Kitab al-Dhahaya (Sesembelihan)2056
11Kitab al-Shayd (Buruan)418
12Kitab al-Wasaya (Wasiat)1723
13Kitab al-Fara’id (Waris)1743
14Kitab al-Kharaj Wa al-Imarah (Pajak)40161
15Kitab al-Janaiz (Jenazah)84153
16Kitab al-Aiman Wa al-Nuzur (Sumpah dan Nazar)3284
17Kitab al-Buyu’ (Jual Beli)3689
18Kitab al-Ijarah (Upah)56162
19Kitab al-Aqdiyah (Peradilan)3070
20Kitab al-‘Ilm (Ilmu)1328
21Kitab al-Asyribah (Minuman)2267
22Kitab al-At’itmah (Makanan)55119
23Kitab al-Tib (Pengobatan)2471
24Kitab al-’Atqu (Pembebasan Budak)1543
25Kitab al-Huruf Wa al-Iqra (Huruf dan Bacaan)Tidak menggunakan sistem bab40
26Kitab al-Hamam (Pemandian Umum)311
27Kitab al-Libas (Pakaian)47139
28Kitab al-Tarajul (Merapikan Rambut)2155
29Kitab al-Khatam (Cincin)826
30Kitab al-Fitan (Fitnah)739
31Kitab al-Mahdi (al-Mahdi)Tidak menggunakan sistem bab12
32Kitab al-Malahim (Peperangan Besar)1860
33Kitab al-Hudud (Hudud)40143
34Kitab al-Diyat (Diyat)32102
35Kitab al-Sunnah (Sunnah)32177
36Kitab al-Adab (Adab)108502

Dari bagan tersebut, dapat dilihat bahwa hadis-hadis yang terkumpul dalam Sunan Abu Dawud berisikan hadis-hadis yang menyangkut sunnah Nabi dan di dalamnya menyangkut hukum-hukum., itulah ciri khas kitab Sunan. Maka jelas tidak ada kitab tafsir, aqidah, kisah-kisah, dan keutamaan-keutamaan sahabat di dalamnya.

Kualitas Hadis dalam Kitab Sunan Abu Dawud

Berbeda dengan kitab pendahulunya yakni Sahih al-Bukhari dan Sahih Muslim yang hanya memasukkan hadis-hadis sahih saja, Imam Abu Dawud justru mencantumkan hadis-hadis sahih, hasan, dha’if (dhaif yang tidak terlalu lemah serta disepakati oleh para ulama untuk tidak ditinggalkan), kemudian beliau juga mencantumkan hadis dha’if yang sangat lemah namun diberikan keterangan mengenai sebab kelemahannya. Beliau sengaja mencantumkan hadis dha’if dengan dasar bahwa hadis dha’if lebih utama dibanding ra’yu (pendapat) seseorang.

Kriteria Kesahihan Hadis dalam Sunan Abu Dawud

Imam Abu Dawud ketika memberikan penilaian terhadap hadis-hadis yang beliau riwayatkan, beliau memberikan istilah-istilah yang berbeda dengan para ahli hadis pada umumnya. Beliau membagi menjadi sahih, musyabbah (semi sahih), muqarib (mendekati sahih), dan wahnun syadidun (sangat lemah). Di samping itu juga masih ada hadis yang tidak beliau tentukan nilainya (ma sakata ‘anhu Abu Dawud)

Para pengkaji hadis mengutarakan perbandingan istilah-istilah yang biasa digunakan ulama muhadditsin dengan istilah yang biasa digunakan Abu Dawud sebagai berikut:

Sahih menurut Abu Dawud sama seperti sahih li dzatihi menurut ulama muhadditsin.

Musyabbah aw yusyabbih sama seperti sahih li ghairihi menurut ulama muhadditsin.

– Muqarib aw Yuqarribu sama seperti hasan li dzatihi menurut ulama muhadditsin.

– Salih li al-ihtijaj sama seperti hasan li ghairihi menurut ulama muhadditsin.

– Salih li al-i’tibar sama seperti dha’if ghairu syadid menurut ulama muhadditsin.

– Wahnun syadid sama seperti dha’if syadid menurut ulama muhadditsin.

Lebih jelasnya Imam Abu Dawud tidak menyebutkan batasan secara eksplisit mengenai kriteria kesahihan hadis secara terperinci sebagaimana Imam al-Bukhari dan Imam Muslim. Namun demikian, sekalipun beliau tidak memberikan kriteria secara terperinci, beliau tetap mengeluarkan hadis sahih, hasan, dha’if serta memberikan komentar terhadap hadis-hadis yang beliau himpun, dan ini hampir berlaku pada pengarang kitab-kitab sunan yang lain.

Penilaian Ulama Terhadap Kitab

– al-Hafidz Abu Sulaiman al-Khattabi berkata di dalam pengantar kitabnya Ma’alim as-Sunan, “Ketahuilah bahwa kitab Sunan ini adalah kitab yang sangat bagus, tidak ada kitab yang membicarakan permasalahan agama yang sebanding dengan kitab ini. Kitab ini telah diterima oleh manusia secara umum. Kitab ini menjadi pemutus perselisihan antara ulama atau fuqaha dari berbagai aliran dan tingkatan. Kitab ini digunakan oleh para ulama di Mesir, Maroko, Irak, dan negeri lain.” (Muhammad Abu Syuhbah, Fi Rihab al-Sunnah al-Kutub al-Sihhah al-Sittah, hlm.111)

– Ibn al-Qayyim berkata, “Kitab ini menduduki posisi penting dalam Islam, dijadikan hakim, pemutus perselisihan oleh kaum muslimin, dan diterima oleh para muhaqqiq (peneliti) lantaran di dalamnya terkumpul berbagai hadis hukum serta pola penyusunannya yang sangat baik dan tersistematis sehingga mudah untuk dimanfaatkan, dan juga di dalamnya dibuang hadis-hadis yang tercela dan dha’if, maka kitab ini saya jadikan bekal utama.” (Muhammad Abu Syuhbah, Fi Rihab al-Sunnah al-Kutub al-Sihhah al-Sittah, hlm.111-112)

– Ibn al-A’rabi berkata, “ Bilamana seseorang tidak memiliki ilmu selain al-Qur’an dan kitab ini (Sunan Abu Dawud), niscaya ia tidak membutuhkan lagi yang lain.” Imam Abu Hamid al-Ghazali juga ikut berkomentar, “Kitab ini cukup bagi seorang mujtahid untuk mengetahui ilmu hukum-hukum fikih.” (Muhammad Abu Syuhbah, Fi Rihab al-Sunnah al-Kutub al-Sihhah al-Sittah, hlm.113)

Dengan demikian, Sunan Abu Dawud tidak hanya berperan sebagai panduan hukum dalam Islam, tetapi juga merupakan warisan berharga yang memberikan wawasan mendalam tentang ajaran dan praktek Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam. Pengakuan luas dari ulama terhadap kecermatan penyusunan kitab ini menggarisbawahi kepentingannya sebagai sumber hukum yang kaya dan terpercaya bagi umat Islam di seluruh dunia. Studi mendalam terhadap Sunan Abu Dawud tidak hanya mendukung keilmuan Islam, tetapi juga memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang praktik dan nilai-nilai yang dianut dalam kehidupan sehari-hari umat Muslim.

Semoga Allah Subhanahu wata’ala memberkahi Imam Abu Dawud atas usahanya dalam mengumpulkan dan menyusun Sunan Abu Dawud, yang telah menjadi sumber penting dalam memahami ajaran dan hukum dalam Islam. Dan semoga Allah selalu memberikan keberkahan yang berlimpah atas amal baiknya, serta memberikan tempat yang mulia di sisi-Nya. Semoga karya ilmiahnya ini tetap memberi manfaat yang besar bagi umat Islam dari generasi ke generasi. Ya Allah, terimalah amal shalehnya dan berikanlah pahala yang berlipat ganda atas segala kebaikannya. Aamiinnn ya Rabbal ‘Alamiin.

One Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *