Hadis Muharraf: Pengertian, Contoh, dan Perubahan Harakat yang Mengubah Makna

Ulumulhadis.id – Hadis merupakan salah satu sumber utama dalam Islam setelah Al-Qur’an. Sebagai sumber hukum dan pedoman hidup, hadis memiliki peran yang sangat penting dalam memahami ajaran Islam. Namun, dalam proses transmisi dan periwayatan hadis, terdapat berbagai fenomena yang perlu diperhatikan, salah satunya adalah Hadis Muharraf. Istilah ini mungkin kurang familiar di kalangan awam, namun dalam studi hadis, Hadis Muharraf memiliki tempat yang signifikan. Tulisan ini akan membahas pengertian Hadis Muharraf, contoh-contohnya, serta relevansinya dalam studi hadis.

Pengertian Hadis Muharraf

Secara terminologi, hadis Muharraf didefinisikan sebagai hadis yang terjadi perubahan pada harakat huruf-hurufnya, baik dalam matan maupun sanad, sementara bentuk tulisan huruf-huruf tersebut tidak mengalami perubahan. Perubahan harakat ini dapat mempengaruhi makna asli dari hadis tersebut. Misalnya, perubahan dari harakat fathah (a) menjadi kasrah (i) atau sebaliknya, yang dapat mengubah arti kata secara signifikan.

Secara bahasa, Muharraf berasal dari ism al-maf’ul dari kata: حرف – يحرف – تحريف – تحريف , yang berarti perubahan kata dari makna sebenarnya. Sedangkan secara istilah, Ibn Hajar mendefinisikannya sebagai: “perubahan kata dalam hadis yang terjadi karena perubahan syakalnya.” Menurut para ulama hadis, Hadis Muharraf adalah hadis yang mengalami perubahan pada sebagian lafaznya, sehingga maknanya berubah atau menjadi tidak jelas. Perubahan ini bisa terjadi karena faktor kesalahan dalam penulisan, pengucapan, atau bahkan kesalahan dalam memahami makna hadis tersebut.

Muharraf dibagi menjadi dua:

  1. Tahrif pada sanad
    1. Contoh: Basyir dibaca Busyair, atau Lahi’ah dibaca Luhai’ah, atau Rahawaih dibaca Rahuyah.
  2. Tahrif pada matan
    1. Contoh: Perubahan harakat pada teks hadis yang menyebabkan perbedaan makna.

Contoh hadis muharraf pada matan adalah hadis yang mengalami perubahan dalam teksnya akibat perubahan harakat (syakal), sehingga maknanya berubah. Salah satu contoh yang sering dikemukakan oleh para ulama adalah perubahan dalam hadis berikut:

Contoh Hadis Muharraf

Untuk memahami lebih jelas tentang Hadis Muharraf, berikut adalah beberapa contoh yang sering dikemukakan oleh para ulama:

  1. Contoh Pertama

Salah satu contoh terkenal dari hadis Muharraf adalah riwayat yang disampaikan oleh Jabir bin Abdullah mengenai peristiwa Perang Ahzab. Dalam hadis tersebut, disebutkan bahwa seseorang terkena panah pada urat nadinya, dan Rasulullah ﷺ mengobatinya dengan besi panas.

Teks aslinya adalah: ” رمي أبي يوم الاحزاب على اكحله فكاواه رسول الله صلى الله عليه وسلم” Artinya: “Ubay bin Ka’ab terkena panah pada hari Perang Ahzab di urat nadinya, lalu Rasulullah ﷺ mengobatinya dengan besi panas.”

Namun, dalam beberapa riwayat, terjadi perubahan harakat pada kata “أُبَيٌّ” (Ubay) menjadi “أَبِي” (Abi), yang berarti “ayahku”. Perubahan ini mengakibatkan pergeseran makna, seolah-olah yang terkena panah adalah ayah Jabir, padahal yang dimaksud adalah Ubay bin Ka’ab. Ayah Jabir sendiri telah syahid pada Perang Uhud, sebelum Perang Ahzab terjadi. Contoh ini menunjukkan bagaimana perubahan kecil pada harakat dapat mengubah makna secara drastis.

  • Contoh kedua

Bentuk teks hadis yang asli: “إنما الأعمال بالنيات” (Sesungguhnya amal perbuatan itu tergantung pada niatnya).

Contoh hadis telah terjadi tahrif: “إنما الأعمال بالنية” (Sesungguhnya amal perbuatan itu dengan niat).

Dalam contoh ini, terjadi perubahan pada kata “بالنيات” menjadi “بالنية”. Meskipun perubahan ini terlihat kecil, namun dapat mempengaruhi pemahaman terhadap hadis tersebut. Kata “بالنيات” (dengan niat-niat) menunjukkan bahwa setiap amal memiliki niatnya masing-masing, sedangkan “بالنية” (dengan niat) bisa diartikan secara lebih umum.

Penyebab Terjadinya Hadis Muharraf

Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya Hadis Muharraf, di antaranya:

  1. Kesalahan dalam Penulisan (Tashif):
    Kesalahan dalam penulisan huruf atau titik dalam teks hadis dapat mengakibatkan perubahan makna. Misalnya, kesalahan dalam menulis huruf Arab yang memiliki bentuk mirip, seperti ب (ba), ت (ta), dan ث (tsa).
  2. Kesalahan dalam Pengucapan (Tahrif al-Lafz):
    Kesalahan dalam mengucapkan lafaz hadis juga dapat menyebabkan perubahan makna. Hal ini sering terjadi pada periwayat yang tidak hafal dengan baik atau kurang teliti dalam menyampaikan hadis.
  3. Kesalahan dalam Pemahaman (Tahrif al-Ma’na):
    Terkadang, periwayat memahami hadis secara tidak tepat, sehingga dalam menyampaikannya, terjadi perubahan makna. Hal ini bisa terjadi karena kurangnya pengetahuan tentang bahasa Arab atau konteks hadis tersebut.

Relevansi Hadis Muharraf dalam Studi Hadis

Studi tentang Hadis Muharraf memiliki relevansi yang penting dalam ilmu hadis, terutama dalam upaya menjaga keaslian dan keotentikan hadis. Beberapa poin penting yang perlu diperhatikan adalah:

  1. Menjaga Keotentikan Hadis:
    Dengan memahami fenomena Hadis Muharraf, para ulama dan peneliti hadis dapat lebih teliti dalam meneliti dan memverifikasi hadis-hadis yang ada. Hal ini penting untuk memastikan bahwa hadis yang disampaikan kepada umat Islam adalah hadis yang benar-benar berasal dari Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam.
  2. Memahami Konteks dan Makna Hadis:
    Studi Hadis Muharraf juga membantu dalam memahami konteks dan makna hadis secara lebih mendalam. Dengan mengetahui adanya perubahan dalam lafaz atau sanad, para ulama dapat melakukan koreksi dan memberikan penjelasan yang lebih tepat tentang makna hadis tersebut.
  3. Mencegah Penyebaran Hadis Palsu:
    Dengan memahami Hadis Muharraf, umat Islam dapat lebih waspada terhadap hadis-hadis yang beredar, terutama yang memiliki potensi untuk diubah atau disalahartikan. Hal ini penting untuk mencegah penyebaran hadis palsu atau hadis yang tidak jelas sumbernya.

Kesimpulan

Hadis Muharraf adalah salah satu fenomena penting dalam studi hadis yang menunjukkan betapa telitinya para ulama dalam menjaga keotentikan hadis Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam. Meskipun perubahan yang terjadi dalam Hadis Muharraf tidak sampai merusak esensi hadis, namun hal ini tetap perlu diperhatikan untuk memastikan bahwa hadis yang disampaikan kepada umat Islam adalah hadis yang benar-benar otentik dan dapat dipertanggungjawabkan.

Dengan memahami Hadis Muharraf, kita dapat lebih menghargai upaya para ulama dalam menjaga kemurnian ajaran Islam, serta lebih berhati-hati dalam menerima dan menyampaikan hadis. Semoga tulisan ini dapat memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang Hadis Muharraf dan relevansinya dalam studi hadis.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *